Kamis, 18 Maret 2010
Mozilla Firefox vs. Internet Explorer: Which is Safer?
I am safer browsing in Mozilla’s Firefox browser than I am in Microsoft’s Internet Explorer. I firmly believe this to be the case. Yes, that’s right, Firefox is safer than IE.
In the same vein as my series earlier this year on Windows vs. OS X vs. Linux security, let’s explore how I came to this subjective opinion. • Lower profile target. One of the main reasons I’m more willing to trust my data security to my OS X (Mac) system is that they have a smaller market share than Windows does. This sounds peculiar to many people who aren’t familiar with security, but in the dangerous world that is the Internet, keeping a low profile can be an important aspect of staying secure.
The reason for this, quite simply, is that our attackers, by and large, write their attack code to market share, for all the same reasons that legitimate software developers most often deliver their Windows products before their Mac or Linux ones.
Now, I’m fully aware that Firefox continues to make strides in this area and is constantly gaining market share, so this argument may well eventually fail. I’m confident, though, that by then I’ll have other, lower profile choices available. • Configurability. This is a tough one to judge. Like many Microsoft features, IE has a quite rich set of security features that can be configured to suit the user’s needs. Firefox, by comparison, is more simplistic in its security configuration choices. There’s a strong argument to be made for each approach.
IE manages its security via “zones”—Internet, Local intranet, Trusted sites, and Restricted sites. Within each zone, the user has a rich set of configuration options where authorizations can be fine-tuned. For example, Internet sites can be set to default to disallowing browser scripting, ActiveX, Flash, and other dangerous content. That’s the good news.
The bad news in all of these rich features is that a) by default, far too much untrustworthy content is allowed (e.g., JavaScript) and that b) the sheer vastness of the features will scare most users out of doing any substantive fine-tuning to protect themselves.
Firefox, on the other hand, is much simpler – but quite possibly too much so. JavaScript, for example, can be enabled or disabled (along with setting a half dozen or so JavaScript capabilities) for all or no sites. It’s nice that turning off dangerous features like this can be quickly turned on and off. It’s so simple that anyone could (and should!) experiment with it. But I want a little bit more flexibility than this.
Qualitative score: IE gets a B+ while Firefox gets a B-.
Rabu, 17 Maret 2010
Habibie, Bacharuddin Jusuf
Sosok Manusia Multidimensional
Mantan Presiden RI Ketiga, Si Jenius ilmuwan konstruksi pesawat terbang, ini selalu menjadi berita hangat . Pada masa emas kejayaan dengan segudang jabatan diemban, dialah manusia paling multidimensional di Indonesia. Ia manusia cerdas ajaib yang sempat menghadirkan selaksa harapan kemajuan teknologi demi kejayaan negeri ini.
Agak aneh, memang, anak bangsa yang satu ini. Dia hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.
Di Indonesia dia 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Presiden RI ke-2 Soeharto
Itulah sosok dan kilas balik singkat perjalanan hidup B.J. Habibie, lelaki kelahiran Pare-Pare, 25 Juni 1936 ini. Dia penuh kontroversi dan merupakan sosok manusia paling multidimensional di Indonesia. Begitu banyak kawan-kawannya dan nyaris segitu banyak pula orang yang tak setuju dengan sepakterjang tokoh industri pesawat terbang kelas dunia yang memperoleh berbagai penghargaan, salah satunya paling berkelas adalah Theodhore van Karman Award, yang dianugerahkan oleh International Council for Aeronautical Sciences) pada pertemuan tahunan dan konggres ke-18 ICAs yang diselenggarakan di Beijing, China tahun 1992 dari Pemerintah China.
Ketika dia mendirikan ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) dan didaulat menjadi Ketua Umum, misalnya, sebagai antitesa berdiri pula Forum Demokrasi (Fordem) pimpinan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang populis dan egaliter serta inklusif. ICMI, yang dalam perjalanan selanjutnya praktis menjadi kekuatan politik Habibie, oleh Gus Dur dituding sebagai sektarian karena itu kurang bagus untuk masa depan sebuah bangsa yang majemuk seperti Indonesia.
Ketika pada 10 Agustus 1995 dia berhasil menerbangkan pesawat terbang N-250 “Gatotkoco” kelas commuter asli buatan dan desain putra-putra terbaik bangsa yang bergabung dalam PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN, kini menjadi PT Dirgantara Indonesia), dia diserang pelaku ekonomi lain bahwa yang dibutuhkan rakyat Indonesia adalah beras bukan “mainan” pesawat terbang.
Pemikiran ekonomi makro Habibie yang terkenal dengan Habibienomics, dihadirkan oleh lingkarannya sebagai counter pemikiran lain seperti Widjojonomics (yang sesungguhnya merupakan Soehartonomic). Ketika Habibie berhasil melakukan imbal-beli pesawat terbang “Tetuko” CN-235 dengan beras ketan itam Thailand, dia diledekin, pesawat terbangnya hanya sekelas ketan itam.
Dan kontroversi paling hangat adalah ketika dia menawarkan opsi otonomi luas atau bebas menentukan nasib sendiri kepada rakyat Timor Timur, satu propinsi termuda Indonesia yang direbut dan dipertahankan dengan susah payah oleh rezim Soeharto. Siapapun dia orangnya tentu ingin bebas merdeka termasuk rakyat Timor Timur, sehingga ketika jajak pendapat dilakukan pilihan terhadap bebas menentukan nasib sendiri (merdeka) unggul mutlak.
Dan kontroversi paling hangat adalah ketika dia menawarkan opsi otonomi luas atau bebas menentukan nasib sendiri kepada rakyat Timor-Timur (Tim-Tim), asatu propinsi termuda Indonesia yang direbut dan dipertahankan dengan susah-payah oleh Rezim Soeharto. Siapaun dia orangnya tentu ingin bebas merdeka termasuk rakyat Tim-Tim. Sehingga ketika jajak pendapat dilakukan pilihan terhadap bebas menentukan nasib sendiri (merdeka) unggulk merdeka.
Masalah Tim-Tim, salah-satu yang dianggap menjadi penyebab penolakan pidato pertanggungjawaban Habibie dalam Sidang Umum MPR RI hasil Pemilu 1999. Pemilu terbaik paling demokratis setelah Pemilu tahun 1955. penolakan ini membuat BJ, Habibie tidak bersedia maju sebagai kandidat calon presiden (Capres).
Kjetika Habibie menjabat presiden hampir tidak ada hari tanpa demontrasi. Demontrasi itu mendesak Habibie merepon tuntutan reformasi dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti kebebasan pers, kebebasan berpolitik, kebebasan rekrutmen politik, kebebasan berserikat dan mendirikan partai politik, mebebasan berusaha, dan berbagai kebebasan lainnya. Namun kendati Habibie merespon tuntutan reformasi itu, tetap saja pemerintahannya dianggap merupakan kelanjutan Orde Baru . Pemerintahannya yang berusia 518 hari hanya dianggap sebagai pemerintahan transisi.
Keinginan Habibi mengakselerasi pembangunan sesungguhnya sudah dimulainya di Industri pesawat Terbang Nusantara (IPTN) dengan menjalankan program evolusi empat tahapan alih tehnologi yang dipercepat “berawal dari akhir dan berakhir diawal.”
Empat tahapan alih tehnologi itu, pertama, memproduksi pesawat terbang berdasarkan lisensi ituh dari industri pesawat terbang lain, hasilnya adalah NC 212 lisensi dari CASA Spanyol. Kedua, memproduksi pesawat terbang secara bersama- sama, hasilnya adalah “Tetuko” CN-235 berkapasitas 30-35 penumpang yang merupakan produksi kerjasama antara aqual antara IPTN dengan Casa Spanyol.
Ketiga, mengintegrasikan seluruh tehnologi dan sistem konstruksi pesawat terbang yang paling mutakhir yang ada di dunia menjadi sesuatu yang sama sekali didesain baru, hasilnya adalah “Gatotkoco” N-250 berkapasitas 50-60 pemumpang yang dikembangkan dengan teknologi fly-by-wire.
Keempat, memproduksi pesawat terbang berdasarkan hasil riset kembali dari awal, yang diproyeksikan bernama N 2130 berkapasitas 130 penumpang dengan biaya pengembangan diperkirakan sekitar 2 milyar dolar AS.
Empat tahapan alih tehnologi yang dipercepat didefinisikan “bermula dari akhir dan berakhir di awal,” memang sukar dipahami pikiran awam. Habibie dianggap hanyut dengan angan-angan teknologinya yang tidak memenuhi kebutuhan dasar tehnologi Indonesia, yang ternyata nenbuat sepeda saja secara utuh belum sampai.
Pemerintah orde baru sangat memanjakan program empat tahapan alih tehnologi Habibie dengan menempatkan berbagai proyeknya sebagai industri strategis yang menyedot banyak dana. Satu diantaranya, yang paling spetakuler, adalah IPTN, yang memerlukan subsidi.
Ketika masa reformasi, IMF mencantumkan dalam LOI (Letter Of Intent), bahwa pemerintah Indonesia tidak boleh lagi memberikan subsidi kepada IPTN, (Perusahaan ini kemudian menjadi IPTD). Otomatis perusahaan yang sudah menyusun program produksi baru, terpaksa merumahkan dan mem-PHK- 6000 karyawannya.
Lalu, dalam kesempatan deklarasi pendirian Masyarakat Ilmuwan dan Tehnologi Indonesia (MITI), Habibie menyebut hancurnya IPTN adalah ulah IMF yang menghambat Pemerintah RI membantu pengembangan pesawat terbang dengan mencantumkan klausal pencabutan subsidi dalam Letter Of Intent (LOI).
Nasionalisme
Istri adalah alasan utama Habibie untuk bolak-balik tinggal di Jerman. Pendamping hidup sekaligus teman suka dan duka yang sudah dikenal anak-anak umur 14 tahun, dr Hasri Ainun Habibie. Putri keempat H. Mohammad Besari itu disebut terbaring menjalani perawatan di sebuah rumahsakit di Jerman. Habibie ingin untuk selalu harus bisa mendampingi istri, dan harapnya istri juga akan sealu bisa mendampinginya. Menurut tim dokter yang menanganinya, Hasri Ainun belum dibenarkan tinggal atau berkunjung kedaerah tropis karena kelembabannya tinggi. Karena itu, tim dokter merekomendasikan untuk tinggal di Jerman sampai sehat secara tuntas.
Kendati demikian, kepulangan ke tanah air Habibie agaknya hanya karena dia ingin dikenang sebagai manusia yang baik. “Mungkin saat ini tak disadari. Tapi bisa jadi, berguna satu saat kelak, bila saya sudah tiada nanti," tutur lelaki itu, lirih,’ demikian tulis Liputan6.com. Adalah stasiun TV SCTV ini, dikenal sangat dekat dengan Habibie, yang pada 2 Juli 2002 menyiarkan langsung dari Jerman kesaksian Habibie dalam kasus pelanggaran HAM berat Timtim untuk kebutuhan persidangan di Pengadilan Ad Hoc HAM Jakarta Pusat.
Habibie menyebutkan presiden itu bukan segala-galanya. Walau jenius dengan memperoleh royalti atas delapan hak paten hasil temuannya sebagai ilmuwan konstruksi pesawat terbang seperti dari Airbus dan F-16, dia mengaku masih banyak yang jauh lebih baik dari dirinya. Lama bermukim di lingkungan yang sangat menghargai ketokohan dan personality setiap orang, Habibie mendefinisikan jika ingin dihargai maka yang diperhatikan orang lain adalah sikap yang tak berubah terhadap lingkungan.
Menurutnya status, jabatan, dan prestasi bukan alasan untuk berubah terhadap lingkungan. Itulah sebabnya, ketika sudah menjadi RI-1 sikap Habibie terhadap lingkungan tetap tidak berubah. Malah semakin menampakkan watak aslinya, misalnya tidak mau diam dan bergerak sesuka hati padahal sudah ada aturan protokoler yang harus dipatuhi.
This story begins with Once Upon A Time, because the best stories do, of course.
So, Once Upon A Time, and imagine if you can, a steep sided valley cluttered with giant, spiky green pine trees and thick, green grass that reaches to the top of your socks so that when you run, you have to bring your knees up high, like running through water. Wildflowers spread their sweet heady perfume along the gentle breezes and bees hum musically to themselves as they cheerily collect flower pollen.
So, Once Upon A Time, and imagine if you can, a steep sided valley cluttered with giant, spiky green pine trees and thick, green grass that reaches to the top of your socks so that when you run, you have to bring your knees up high, like running through water. Wildflowers spread their sweet heady perfume along the gentle breezes and bees hum musically to themselves as they cheerily collect flower pollen.
Cerita islami
Ada seorang pemuda yang bertaqwa, namun sangat lugu. Ketika dia belajar pada seorang Syaikh beberapa lama dan telah tiba kelulusannya, sang Syaikh menasehatinya beserta teman-temannya, “kalian tidak boleh menjadi beban orang lain. Sesungguhnya seorang ‘alim yang menadahkan tangannya kepada orang-orang berharta, maka tiada kebaikan dalam dirinya. Pergilah kalian semua dan bekerjalah dengan pekerjaan ayah kalian masing-masing. Bawalah selalu ketaqwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut.
Pemuda itu kemudian pergi menemui ibunya untuk bertanya, “Ibu, apakah pekerjaan ayahku dahulu?” dengan bergetar ibunya menjawab, “Ayahmu sudah meninggal. Apa urusanmu dengan pekerjaan ayahmu?” Sipemuda ini terus mendesak agar diberitahu, tetapi si ibu selalu mengelak. Namun karena terus didesak, akhirnya si ibu terpaksa angkat bicara, dengan nada jengkel dia berkata, “Ayahmu itu dulu seorang pencuri.”
Pemuda itu berkata, “Guruku memerintahkan kami –murid-muridnya- agar bekerja dengan pekerjaan ayahnya dan dengan ketaqwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjan tersebut.” Ibunya menyela, “wahai anakku, apakah dalam pekerjaan mencuri itu ada ketaqwaan?” kemudian anaknya yang begitu polos menjawab, “Ya, begitulah kata guruku.”
Lalu dia pergi bertanya kepada orang-orang tentang pencuri dan belajar bagaimana para pencuri melakukan aksinya. Saatnya kini ia beraksi. Kemudian dia mulai menyiapkan alat-alat untuk mencuri. Selepas shalat isya’, dia menunggu sampai semua orang tidur. Setelah saatnya tepat, dia keluar rumah untuk menjalankan profesi ayahnya, sebagaimana perintah gurunya.
Dia memulai aksinya dengan membidik rumah tetangganya. Ketika hendak memasuki rumah itu, dia ingat pesan gurunya agar selalu bertaqwa. Padahal mengganggu tetangga adalah tindakan yang tidak termasuk taqwa. Akhirnya, ia pergi meninggalkan rumah tetangganya itu. Ia melewati rumah lain yang dia tahu bahwa itu milik anak yatim. Dia berkata pada dirinya, “ini rumah anak yatim, Allah memperingatkan kita agar tidak memakan harta anak yatim.”
Dia terus berjalan dan akhirnya tiba di rumah seorang pedagang kaya yang kebetulan tidak ada penjaganya. Orang-orang sudah maklum bahwa pedagang ini memiliki harta yang lebih dari cukup. “ha, disini, ‘batinnya. Pemuda itu kemudian mulai beraksi. Dia berusaha membuka pintu dengan kunci-kunci yang telah disiapkan setelah berhasil membukanya, ternyata rumah itu besar dan banyak kamarnya. Dia mengelilingi seluruh ruangannya, hingga ia menemukan tempat penyimpanan harta. Dia mendapati sebuah kotak besar dan membukanya. Didapatinya emas, perak, dan uang tunai dalam jumlah yang banyak. Dia tergoda untuk segera mengambilnya, lalu dia berkata pelan, “eh, jangan. Guruku berpesan agar aku selalu bertaqwa. Tapi, barangkali si pedagang pemilik harta ini belum mengeluarkan zakat hartanya. Kalau begitu, sebaiknya aku keluarkan zakatnya terlebih dahulu.
Dia mengambil buku-buku catatan di situ lalu menyalakan lentera kecil yang dibawanya. Sambil membuka lembaran buku-buku itu dia menghitung. Dia memang pandai berhitung dan berpengalaman dalam pembukuan. Dihitungnya semua harta yang ada dan memperkirakan berapa zakatnya.
Kemudian dia pisahkan harta yang akan dizakatkan. Dia masih terus menghitung dan menghabiskan waktu berjam-jam. Ketika menoleh kejendela, dilihatnya fajar telah menyingsing. Dia berbicara sendiri, “ingat, bertaqwalah kepada Allah! Kau harus melaksanakan sholat subuh!” kemudian dia menuju ruangan tengah, lalu berwudhu di bak air untuk selanjutnya melakukan sholat sunnah.
Tiba-tiba tuan rumah terbangun. Dilihatnya dengan penuh keheranan, ada lentera kecil yang menyala. Dia lihat pula kotak hartanya dalam keadaan terbuka dan ada orang sedang melakukan sholat. Istrinya bertanya, ‘apa ini?” Suaminya menjawab, “Aku juga tidak tahu.” Lalu dia menghampiri orang yang sedang sholat itu, “Hai, kurang ajar, siapa kau ini?” Si pencuri berkata, “Sholat dulu, baru bicara. Ayo pergilah berwudhu lalu kita sholat berjama’ah. Anda tuan rumah, maka anda yang berhak menjadi imam.”
Karena khawatir pencuri itu membawa senjata, si tuan rumah menuruti perintahnya. Tetapi ia tidak tahu, bagaimana dia bisa sholat. Selesai sholat dia bertanya, “sekarang katakan, siapa kamu dan apa urusanmu?” dia menjawab, “saya ini pencuri.”
“lalu apa yang kamu lakukan dengan buku-buku catatanku itu?” tanya tuan rumah lagi. Si pencuri menjawab, “aku menghitung zakat yang belum kau keluarkan, yang ternyata sudah selama enam tahun. Sekarang aku sudah menghitungnya dan juga sudah aku pisahkan agar kau dapat memberikannya pada orang yang berhak.”
Hampir saja tuan rumah itu dibuat gila karena terkejut dan heran. Lalu dia berkata, “Heh, apa urusanmu sebenarnya. Apa kamu ini orang gila?” Mulailah si pencuri itu bercerita sejak dari awal. Setelah tuan rumah itu mendengar ceritanya, mengetahui ketepatan dan kepandaiannya dalam menghitung, kejujuran kata-katanya, dan mengetahui manfaat zakat, kemudian dia menemui istri dan putrinya.
Setelah beberapa waktu mereka berbicara, tuan rumah itu kembali menemui si pencuri, dan berkata, “bagaimana sekiranya engkau aku nikahkan dengan putriku? Aku akan angkat engkau menjadi sekretaris dan akutanku. Kau boleh tinggal bersama ibumu di rumah ini. ‘ Ia menjawab, “Aku setuju.”
Di pagi hari itu pula pemilik rumah itu memanggil para saksi untuk acara akad nikah puterinya dengan pemuda pencuri itu.
Pemuda itu kemudian pergi menemui ibunya untuk bertanya, “Ibu, apakah pekerjaan ayahku dahulu?” dengan bergetar ibunya menjawab, “Ayahmu sudah meninggal. Apa urusanmu dengan pekerjaan ayahmu?” Sipemuda ini terus mendesak agar diberitahu, tetapi si ibu selalu mengelak. Namun karena terus didesak, akhirnya si ibu terpaksa angkat bicara, dengan nada jengkel dia berkata, “Ayahmu itu dulu seorang pencuri.”
Pemuda itu berkata, “Guruku memerintahkan kami –murid-muridnya- agar bekerja dengan pekerjaan ayahnya dan dengan ketaqwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjan tersebut.” Ibunya menyela, “wahai anakku, apakah dalam pekerjaan mencuri itu ada ketaqwaan?” kemudian anaknya yang begitu polos menjawab, “Ya, begitulah kata guruku.”
Lalu dia pergi bertanya kepada orang-orang tentang pencuri dan belajar bagaimana para pencuri melakukan aksinya. Saatnya kini ia beraksi. Kemudian dia mulai menyiapkan alat-alat untuk mencuri. Selepas shalat isya’, dia menunggu sampai semua orang tidur. Setelah saatnya tepat, dia keluar rumah untuk menjalankan profesi ayahnya, sebagaimana perintah gurunya.
Dia memulai aksinya dengan membidik rumah tetangganya. Ketika hendak memasuki rumah itu, dia ingat pesan gurunya agar selalu bertaqwa. Padahal mengganggu tetangga adalah tindakan yang tidak termasuk taqwa. Akhirnya, ia pergi meninggalkan rumah tetangganya itu. Ia melewati rumah lain yang dia tahu bahwa itu milik anak yatim. Dia berkata pada dirinya, “ini rumah anak yatim, Allah memperingatkan kita agar tidak memakan harta anak yatim.”
Dia terus berjalan dan akhirnya tiba di rumah seorang pedagang kaya yang kebetulan tidak ada penjaganya. Orang-orang sudah maklum bahwa pedagang ini memiliki harta yang lebih dari cukup. “ha, disini, ‘batinnya. Pemuda itu kemudian mulai beraksi. Dia berusaha membuka pintu dengan kunci-kunci yang telah disiapkan setelah berhasil membukanya, ternyata rumah itu besar dan banyak kamarnya. Dia mengelilingi seluruh ruangannya, hingga ia menemukan tempat penyimpanan harta. Dia mendapati sebuah kotak besar dan membukanya. Didapatinya emas, perak, dan uang tunai dalam jumlah yang banyak. Dia tergoda untuk segera mengambilnya, lalu dia berkata pelan, “eh, jangan. Guruku berpesan agar aku selalu bertaqwa. Tapi, barangkali si pedagang pemilik harta ini belum mengeluarkan zakat hartanya. Kalau begitu, sebaiknya aku keluarkan zakatnya terlebih dahulu.
Dia mengambil buku-buku catatan di situ lalu menyalakan lentera kecil yang dibawanya. Sambil membuka lembaran buku-buku itu dia menghitung. Dia memang pandai berhitung dan berpengalaman dalam pembukuan. Dihitungnya semua harta yang ada dan memperkirakan berapa zakatnya.
Kemudian dia pisahkan harta yang akan dizakatkan. Dia masih terus menghitung dan menghabiskan waktu berjam-jam. Ketika menoleh kejendela, dilihatnya fajar telah menyingsing. Dia berbicara sendiri, “ingat, bertaqwalah kepada Allah! Kau harus melaksanakan sholat subuh!” kemudian dia menuju ruangan tengah, lalu berwudhu di bak air untuk selanjutnya melakukan sholat sunnah.
Tiba-tiba tuan rumah terbangun. Dilihatnya dengan penuh keheranan, ada lentera kecil yang menyala. Dia lihat pula kotak hartanya dalam keadaan terbuka dan ada orang sedang melakukan sholat. Istrinya bertanya, ‘apa ini?” Suaminya menjawab, “Aku juga tidak tahu.” Lalu dia menghampiri orang yang sedang sholat itu, “Hai, kurang ajar, siapa kau ini?” Si pencuri berkata, “Sholat dulu, baru bicara. Ayo pergilah berwudhu lalu kita sholat berjama’ah. Anda tuan rumah, maka anda yang berhak menjadi imam.”
Karena khawatir pencuri itu membawa senjata, si tuan rumah menuruti perintahnya. Tetapi ia tidak tahu, bagaimana dia bisa sholat. Selesai sholat dia bertanya, “sekarang katakan, siapa kamu dan apa urusanmu?” dia menjawab, “saya ini pencuri.”
“lalu apa yang kamu lakukan dengan buku-buku catatanku itu?” tanya tuan rumah lagi. Si pencuri menjawab, “aku menghitung zakat yang belum kau keluarkan, yang ternyata sudah selama enam tahun. Sekarang aku sudah menghitungnya dan juga sudah aku pisahkan agar kau dapat memberikannya pada orang yang berhak.”
Hampir saja tuan rumah itu dibuat gila karena terkejut dan heran. Lalu dia berkata, “Heh, apa urusanmu sebenarnya. Apa kamu ini orang gila?” Mulailah si pencuri itu bercerita sejak dari awal. Setelah tuan rumah itu mendengar ceritanya, mengetahui ketepatan dan kepandaiannya dalam menghitung, kejujuran kata-katanya, dan mengetahui manfaat zakat, kemudian dia menemui istri dan putrinya.
Setelah beberapa waktu mereka berbicara, tuan rumah itu kembali menemui si pencuri, dan berkata, “bagaimana sekiranya engkau aku nikahkan dengan putriku? Aku akan angkat engkau menjadi sekretaris dan akutanku. Kau boleh tinggal bersama ibumu di rumah ini. ‘ Ia menjawab, “Aku setuju.”
Di pagi hari itu pula pemilik rumah itu memanggil para saksi untuk acara akad nikah puterinya dengan pemuda pencuri itu.
Label:
cerita pendek
Langganan:
Postingan (Atom)